kursor

Superman

Sabtu, 14 Maret 2015

KARYA ILMIAH ULAR SUCI (Bungarus candidus) SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI TANAH LOT BALI

KARYA ILMIAH
ULAR SUCI (Bungarus candidus) SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI TANAH LOT BALI    
Disusun sebagai sarat kenaikan kelas dan kelulusan SMA Negeri 1 MANYAR


Oleh :
Lilik Choiriyah
XI IPA 1 / 15
SMA Negeri 1 Manyar
Jl. Kayu Raya Perum Pongangan Indah Manyar Gresik
Tahun Pelajaran 2013-2014



LEMBAR PERSETUJUAN


Karya tulis dengan judul “Ular Suci (Bungarus candidus) Sebagai Daya Tarik Wisata di Tanah Lot Bali” yang disusun oleh Lilik Choiriyah (8120) sebagai laporan studi wisata SMA Negeri 1 Manyar di Pulau Bali untuk sarat kenaikan kelas dan kelulusan.
Gresik,  8 Agustus 2014
Halaman ini telah disetujui oleh :
Pembimbing I



Istimrorun Nasiroh, M.Si
NIP 197412272000122004

Pembimbing II



Lukman, S.pd. M.Pd
NIP 197303052007011020

Mengetahui,
         Wali Kelas XI IPA 1



Drs. Abdul Gofur, M.pd
NIP 196102271985121001







HALAMAN PENGESAHAN


Karya tulis ini telah disahkan oleh Kepala SMA Negeri 1 Manyar sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk kenaikan kelas dan kelulusan sekolah pada tahun pelajaran 2013-2014.
Disahkan pada                        :
Hari                             :
Penguji I




Yuliastutik, SS., M.pd
NIP 197701162007012008

Penguji II




Nurul Qomariyah,S.Pd.
NIG 1160114302

Diketahui,
Kepala SMA Negeri 1 Manyar



Drs. Abdul Gofur, M.pd
NIP 196102271985121001


Tanggal                       :

Tanggal Pengesahan    :


MOTTO


1.      Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatpahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yangdikerjakannya (QS. Al-Baqarah:286).

2.      Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh(urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (QS. Al-Insyirah: 7-8).

3.      Orang yang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan. Orang yang optimis melihatkesempatan dalam setiap kesulitan.











ABSTRAK


Choiriyah, Lilik, 2014, Ular Suci (Bungarus candidus) Sebagai Daya Tarik Wisata di Tanah Lot Bali
Kata Kunci :  Ular Suci (Bungarus candidus), Daya Tarik Wisata, Tanah Lot Bali
                
Tanah Lot merupakan salah satu objek wisata di Pulau Bali yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan, baik turis asing maupun turis domestik. Hal ini dikarenakan Tanah Lot merupakan pantai yang penuh dengan keindahan terutama mitos mengenai ular sucinya. Penelitian tentang “Ular Suci (Bungarus candidus) Sebagai Daya Tarik Wisata di Tanah Lot Bali”  bertujuan  untuk mengetahui lebih  dalam mengenai ciri-ciri dan karakteristik ular suci (Bungarus candidus), mengetahui timbulnya istilah ular suci (Bungarus candidus) bagi masyarakat Bali serta untuk mengetahui keistimewaan dari ular suci (Bungarus candidus) sehinga dapat menjadi daya tarik wisatawan di Tanah Lot Bali.
 Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan beberapa tehnik pengumpulan data antara lain wawancara, dokumentasi ,obersvasi dan studi pustaka, sehingga diperoleh hasil penelitian bahwa ular weling (bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci memiliki ciri-ciri ramping dengan pamjang sekitar 100-150 cm, hidup di dataran rendah dan umumnya nokturnal, memiliki bisa dengan nomor urutan ketiga yang mematikan, makanan utamanya adalah ular lain. Ular ini merupakan keturunan ular penjaga tanah lot terdahulu yang berasal dari perubahan wujud stagen Daniel Wirata. Banyak faktor yang menyebabkan ular ini menjadi daya tarik di Tanah Lot Bali mulai dari masyarakat Bali yang menganggap ular weling (bungarus candidus) sebgai ular suci penjaga Tanah Lot, kebiasaan ular suci (bungarus candidus) mencari makan kelaut saat malam dan kembali lagi ke goa saat pagi, sikap ular yang tidak merespon dan cenderung diam saat dipegang dan dikelilingi para wisatawan mengingat ular weling (bungarus candidus) merupakan ular yang memiliki bisa dengan urutan ketiga mematikan.
Berdasarkan hasil penelitian, kami memperoleh kesimpulan bahwa sebenarnya ular suci (Bungarus candidus) memiliki karakteristik yang sama seperti ular weling pada umumnya, Sejarah asal mula munculnya ular suci (Bungarus candidus) sebenarnya merupakan mitos yang telah di percayai masyrakat setempat, serta keistimewaan yang menjadi daya tarik utama adalah kepercayaan masyarakat bali yang menganggap ular weling (Bungarus candidus) sebagai ular suci penjaga Tanah Lot Bali.

KATA PENGANTAR



Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa pula salam dan shalawat tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
            Karya tulis ini dapat terselesaikan dengan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, saya memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada :
1.      Bapak Drs. Abdul Gofur, M.pd  selaku kepala SMA Negeri 1 Manyar yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti kegiatan karya wisata di Pulau Bali.
2.      Ibu Istimrorun Nasiroh, M.Si selaku wali kelas kami dan telah mendampingi selama studi wisata ini.
3.      Bapak Drs. H. Hasan Basri, M.Pd selaku guru Bahasa Indonesia kami yang telah meberikan pengarahan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
4.      Bpak dan Ibu guru pembimbing yang telah menjaga, mendampingi dan memotivasi kami selama perjalanan wisata ke Pulau Bali
5.      Semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari karya tulis ilmiah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Gresik, Agustus 2014
Penulis

DAFTARISI





BAB I

PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang


Pulau Bali merupakan kota pariwisata di Indonesia yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan, baik turis asing maupun turis domestik. Bali terkenal akan keindahan pantai dan lautnya. Oleh karena itu, sebagian besar orang memilih pulau ini untuk dijadikan tujuan utama dalam berlibur. Tidak hanya itu, pulau yang dijuluki kota seribu pura ini pun dapat juga digunakan sebagai sarana belajar. Karena di Pulau ini banyak sekali tempat-tempat wisata yang memiliki sejarah yang cukup menarik untuk dipelajari. Proses pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan di dalam kelas saja, tetapi kita dapat juga memanfaatkan tempat-tempat yang menarik untuk berlibur sebagai sarana rekreasi dan belajar. Kami memilih Pulau Bali sebagai tujuan utama wisata ilmiah kami, karena keindahan pulau Bali yang dinilai eksotis oleh banyak wisatawan dan karena Pulau Bali terdapat banyak tempat wisata yang memiliki cerita sejarah yang cukup tinggi dan patut dijadikan tempat pembelajaran ilmiah bagi para siswa. Pulau Bali sendiripun merupakan pulau dengan sejuta pesona keindahan alamnya, Salah satu tempat wisata di Bali yang kami jadikan bahan ilmiah bagi pembelajaran adalah Tanah Lot, Tanah Lot merupakan tempat wisata yang sangat difavoritkan oleh para pengunjung karena Tanah Lot dinilai sebagai tempat wisata yang memiliki keindahan alam tersendiri dan berbagai daya tarik yang ada, salah satunya yaitu mitologi mengenai ular sucinya. Oleh karena itu saya tertarik untuk meneliti karakteristik serta keistimewaan dari ular suci (Bungarus candidus) sehingga menjadi daya tarik di Tanah Lot Bali.




Sejalan dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana karakteristik dari ular suci (Bungarus candidus?
2.      Mengapa masyarakat Bali menganggap Ular Bungarus candidus sebagai ular suci ?
3.      Apa yang menyebabkan ular suci (Bungarus candidus) mampu  menjadi daya tarik wisatawan di Tanah Lot Bali ?

C.     Tujuan Penelitian

1.    Mengetahui lebih dalam mengenai ciri-ciri dan karakteristik ular suci (Bungarus candidus)
2.    Mengetahui timbulnya istilah ular suci (Bungarus candidus) bagi masyarakat Bali
3.    Mengetahui keistimewaan dari ular suci (Bungarus candidus) sehinga dapat menjadi daya tarik dari wisatawan di Tanah Lot Bali

D.    Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini:
1.     Penulis
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Pulau Bali , budaya dan kepercayaannya. Terutama mengenai mitologi dan daya tarik ular suci (Bungarus candidus) di Tanah Lot Bali.
2.     Sekolah
Untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada warga SMA Negeri 1 MANYAR mengenai ular suci (Bungarus candidus) di Tanah Lot Bali.
3.     Masyarakat
Memberikan informasi lebih dalam tentang ciri – ciri, karakteristik, dan daya tarik ular suci (Bungarus candidus) di Tanah Lot Bali

BAB II

LANDASAN TEORI


A.     Kajian Pustaka

1.      Ular

a.    Pengertian
Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Perbedaannya adalah kadal pada umumnya berkaki, memiliki lubang telinga, dan kelopak mata yang dapat dibuka tutup. Akan tetapi untuk kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) perbedaan ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan.

b.      Macam-macam ular

Ular ada yang berbisa karena memiliki venom, namun banyak pula yang tidak. Dari kebanyakan ular yang berbisa, kebanyakan bisanya tidak cukup berbahaya bagi manusia. Umumnya, ular berusaha menghindar bila bertemu manusia.
 Ular-ular yang berbisa kebanyakan termasuk suku Colubridae, tetapi bisanya pada umumnya memiliki kadar venom yang lemah. Ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku Elapidae seperti ular sendok, ular belang, dan ular cabai. Kemudian yang termasuk dalam suku Hydrophiidae sepertiular laut, dan Viperidae seperti ular tanah, ular bangkai laut dan ular bandotan.


Secara umum terdapat beberapa jenis ular, antara lain :
1)   Suku Typhlopidae
Contoh : Ular kawat (Rhamphotyphlops braminus)
2)   Suku Cylindrophiidae
Contoh : Ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)
3)   Suku Pythonidae
Contoh : Ular sanca kembang (Python reticulatus)
4)   Suku Acrochordidae
Contoh : Ular karung (Acrochordus javanicus)
5)   Suku Xenopeltidae
Contoh : Ular pelangi (Xenopeltis unicolor)
6)   Suku Colubridae
Contoh : Ular-air pelangi (Enhydris enhydris)
7)   Suku Elapidae
Contoh :
a)    Ular cabai (Maticora intestinalis)
b)   Ular weling (Bungarus candidus)
c)    Ular sendok (Naja spp.)
d)   Ular anang (Ophiophagus hannah)
8)   Suku Viperidae
Contoh : Ular bandotan (Vipera russelli)

c.       Ular Weling
ular weling (Bungarus candidus) adalah sejenis ular berbisa dari suku Elapidae , menyebar di Asia Tenggara hingga ke Jawa dan Bali. Di beberapa tempat dikenal sebagai ular belang, nama yang juga disematkan bagi ular welang (B. fasciatus).     (Supriatna, 1981)
Ular warakas dari daerah  Cirebon-Indramayu dan sekitarnya adalah bentuk hitam (melanistik) dari weling. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Blue krait atau   Malayan krait.
Ular yang ramping dan tidak seberapa panjang; dari kepala hingga ekor sekitar 100 cm, dengan panjang maksimal sekitar 155 cm. (Supriatna, 1981)
Sisi dorsal (punggung) berbelang hitam dan putih, terdapat sekitar 30-an belang hitam dari kepala hingga ke ekor. Biasanya terdapat noktah-noktah kehitaman atau kecoklatan pada bagian putihnya. Belang yang pertama paling lebar, mencakup pula kepalanya yang berwarna hitam, dan lebih lebar daripada belang putihnya. Semakin ke belakang, belang hitamnya semakin sempit dan semakin seimbang, sebanding atau lebih sempit dari putihnya. Warna hitamnya terkadang agak kecoklatan atau kebiruan, dan putihnya terkadang agak kekuningan. Sisi ventral (perut) berwarna putih seluruhnya atau sedikit kekuningan.
Ular yang masih kecil tanpa noktah-noktah kehitaman di bagian putihnya, dan memiliki corak lekukan putih di sekitar leher dan tengkuknya.
Ular ini ditemukan di dataran rendah hingga wilayah berbukit dan bergunung hingga elevasi 1.200 m dpl. Weling hidup di hutan-hutan dataran rendah yang lembab atau kering, hutan pegunungan, hutan mangrove, semak belukar, perkebunan, lahan pertanian, dan di sekitar permukiman. Umumnya jenis ini didapati di tempat yang relatif terbuka, seringkali di dekat air, namun juga di bagian yang kering.
Ular weling bersifat terestrial, hidup di atas tanah, dan umumnya nokturnal,baru keluar setelah gelap dari lubang-lubang persembunyiannya, atau dari bawah tumpukan kayu, batu, atau vegetasi yang rapat. Di siang hari ular ini cenderung lamban dan penakut.Bila diganggu, weling acap berupaya menyembunyikan kepalanya di bawah gulungan badannya.Mangsa utamanya adalah jenis ular lainnya; di samping itu juga memburu kadal dan katak. Weling bersifat ovipar, bertelur sekitar 10 butir setiap kalinya.
Bisa ular weling bersifat mematikan dan menimbulkan gejala sebagaimana bisa ular Elapidae pada umumnya, kecuali kobra. Sifat utamanya adalah racun saraf (neurotoxic), yang dapat berakibat rusaknya jaringan saraf dan membawa kelumpuhan. Gigitan kobra yang mengandung bisa, akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan pembengkakan di sekitar luka, meskipun kadang-kadang gejala ini tidak muncul. Di pihak lain gigitan weling tidak demikian, yakni cenderung tidak menimbulkan sakit berlebihan atau bengkak di lokasi luka, namun dapat berakibat fatal. (Supriatna, 1981)
Bila bisa –melalui gigitan ular– masuk dalam jumlah cukup besar ke dalam tubuh, beberapa waktu kemudian akan timbul gejala-gejala keracunan yang khas. Untuk ular-ular Elapidae, gejala ini misalnya adalah kelopak mata yang memberat, kesulitan menelan, dan belakangan, kesulitan untuk bernafas; serta pada akhirnya kegagalan kerja jantung. Rata-rata selang waktu antara masuknya bisa melalui luka hingga tibanya kematian, untuk kasus gigitan Elapidae, berkisar antara 5 hingga 20 jam




Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek wisata. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.Dari pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu

3.      Tanah Lot Bali

a.       Sejarah Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau Bali yaitu di wilayah kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, yang sejarahnya erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha di Pulau Bali.
            Disini Danghyang Nirartha pernah menginap satu malam dalam perjalanannya menuju daerah Badung dan kemudian ditempat inilah oleh orang-orang yang pernah menghadap kepada Danghyang Nirartha dibangun bangunan suci (Pura atau Kahyangan) sebagai tempat memuliakan dan memuja Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) untuk memohon kemakmuran dan kesejahteraan.
            Pura atau Kahyangan ini diberi nama “Pura Pekendungan” yang sekarang lebih dikenal dengan “ Pura Tanah Lot” sebagai salah satu penyungsungan jagat. Bagaimana ikwal perjalanan Danghyang Nirartha tatkala berkeliling di Pulau Bali dan sampai ditempat ini, sebagaimana tertulis dalam babad Dwijendra Tatwa yang secara singkat dapat diuraikan sebagaiberikut
Pada suatu waktu Danghyang Niratha datang kembali ke Pura Rambut Siwi di dalam perjalanan beliau kelilling pulau Bali, dimana dahulu tatkala beliau baru tiba di Bali dari Brambangan (Blambangan) pada sekitar tahun icaka 1411 atau tahun 1489 M beliau pernah singgah di tempat ini.
Setelah berada di Pura Rambut Siwi untuk beberapa lama, kemudian beliau melanjutkan perjalanannya menunju arah Purwa (Timur) dan sebelum berangkat paginya Danghyang Niratha melakukan sembahyang “Surya Cewana” bersama orang-orang yang ada disana. Sesudah menyiratkan (memercikkan ) tirtha terhadap orang orang yang ikut melakukan persembahyangan , lalu Danghyang Nirartha keluar dari Pura Rambut Siwi berjalan menuju arah ke Timur.
Perjalanan beliau ini menyusuri pantai Selatan pulau Bali dengan diiring oleh beberapa orang yang teraut cinta bhaktinya kepada Danghyang Nirartha. Dalam perjalannya ini Danghyang Nirartha dapat menyaksikan bagaimana deburan ombak laut menerpa pantai menambah keindahan alam yang sangat mengasyikkan. Terbayang oleh beliau bagaimana kebesaran Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa ) yang telah menciptakan alam semesta dengan segala isinya yang dapat membrikan kehidupan bagi manusia. Karena asyik memperhatikan dan memandang keindahan alam dengan segala isinya, sampai –sampai Dangyang Nirartha tidak merasakan kelelahan didalam perjalanannya. Sebagaimana biasanya di dalam perjalanan Danghyang Nirartha senantiasa membawa lontar dan pengrupak (pisau raut untuk menulis pada daun lontar ) sehingga apa-apa yang diangap penting baik yang dilihat maupun yang dirasakan kemudian disusun dalam bentuk kekawain atau gubahan lainnya.
Demikian pula mengenai perjalanannya dari Pura Rambut Siwi ini, sehingga karena asyiknya beliau memperhatikan serta memandang dan memikirkan segala sesuatu yang dipandang penting dan akan digubah, tahu-tahu Danghyang Niratha sudah sampai pada suatu tempat di pantai Selatan dipantai Selatan pulau Bali.
Di pantai ini terdapat sebuah pulau kecil yang terdiri dari tanah parangan (tanah keras) dan disinilah Danghyang Nirartha berhenti dan beristirahat. Tidak antara lama Dangyang Nirartha beristirahat disana, maka berdatangan kesana para nelayan untuk menghadap kepada Danghyang Nirartha sambil membawa berbagai persembahan untuk diaturkan kepada beliau. Kemudian setelah sore hari, para nelayan tersebut memohon kepada Danghyang Nirartha agar beliau berkenan bermalam dipondok mereka masing- masing, namun permohonannya ini semua ditolak oleh Danghyang Nirartha, karena beliau lebih senang bermalam di pulau kecil itu. Disamping hawanya segar, juga pemandangannya sangat indah dan dari sana belaiu dapat melepaskan pandangan secara bebas kesemua arah. Pada malam harinya sebelum Danghyang Nirartha beristirahat, beliau memberikan ajaran-ajaran seperti agama, susila dan ajaran kebajikan lainnya kepada orang-orang yang datang menghadap ke sana. Tatkala itu Danghyang Nirartha menasehatkan kepada orang-orang itu untuk membangun Parhyangan (Pura atau Kahyangan) disana karena menurut getaran batin beliau yang suci serta petunjuk gaib bahwa tempat itu baik untuk tempat memuja Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang maha Esa ) . Dari tempat ini kemudian rakyat dapat memuja kebesaran sanghyang Widhi Wasa ( Tuhan YangMaha Esa ) untuk memohon wara nugrahaNya keselamatan dan kesejahteraan dunia. Demikian antara lain nasehat Danghyang Nirartha kepada orang-orang yang mengahadap pada malam hari itu, yang akhirnya sesudah Danghyang Nirartha meninggalkan tenpat itu, kemudian oleh orang-orang tersebut dibangunlah sebuah bangunan suci (Pura atau Kahyangan) yang diberi nama Pura Pakendungan yang kini lebih dikenal dengan sebutan Pura Tanah Lot.
.
b.      Daya Tarik Tanah Lot
            Keistimewaan Pantai Lot dilengkapi dengan mitologi setempat terkait dengan ular suci (holy snake). Konon ular suci Tanah Lot diyakini memiliki sejarah antropologi mitologis yang menjadi penyangga dari ancaman kejahatan dan kerusakan. Ular suci yang ada di Pantai Lot, adalah jenis ular laut yang dikenal dengan Bungarus candidus dengan warna cincin melingkar hitam dan putih. Ular ini menurut dia, adalah jenis ular berbisa nomer ketiga dari jenis ular berbisa di dunia, setelah ular kobra dari India, ular derik Australia. Kategorisasi ini sudah pernah diteliti oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia, termasuk Universitas Indonesia, UGM dan Udayana.
Ular Suci, ini diyakini sebagai juru selamat Tanah Lot. Sebuah kisah, di saat ada seseorang yang berniat jahat di Tanah Lot, tiba-tiba ular ini datang menghampiri pelaku yang ingin berbuat jahat. Ular suci ini menyerang orang-orang yang akan berbuat kerusakan di Tanah Lot. Keganasan ular ini terangkum sebagai juru selamat terhadap ancaman kerusakan, tetapi ia jinak dan berdiam diri ketika berada di pinggir gua batu karang Pantai Lot nan eksotik.
Setiap pengunjung Pantai Lot, bahkan bisa memegang ular berbisa ini dengan tangan mereka tanpa khawatir serangan balik dari ular ini. Ular ini tidak bereaksi apa-apa. Sembari ditunggui oleh pawangnya, kita dapat memegang ular suci ini.
c.          Lokasi Tanah Lot
          Obyek wisata tanah lot terletak di Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, sekitar 13 km barat Tabanan. Disebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak di atas tebing yang menjorok ke laut. Tebing ini menghubungkan pura dengan daratan dan berbentuk seperti jembatan (melengkung). Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), turis-turis biasanya ramai pada sore hari untuk melihat keindahan sunset di sini.
d.    Fasilitas
          Dari tempat parkir menuju Pura Tanah Lot banyak dijumpai art shop, kios-kios suvenir, jasa tattoo temporary, serta warung makan atau kedai minuman. Berbagai macam tipe penginapan juga banyak tersedia di sekitar pura, mulai dari penginapan kelas melati hingga hotel berbintang.



 
















BAB III

METODE PENELITIAN


A.    Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dimana data yang diperoleh selama proses observasi dilakukan dengan tujuan mendapatkan gambaran langsung mengenai Ular Suci (Bungarus candidus) Sebagai Daya Tarik Wisata di Tanah Lot Bali. Selain itu penelitian juga dilakukan dengan proses wawancara untuk mengumpulkan data mengenai penelitian ini sehingga menjadi lebih akurat.
Penelitian dengan sistem ini saya lakukan untuk mendapatkan data yang akurat, logis, objektif dan realistis sehingga diperoleh kesimpulan yang benar.

B.     Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada hari Senin tanggal 16 Juni 2014 pada pukul 17.00 WITA di Tanah Lot Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan Bali.

C.    Teknik Pengumpulan Data

1.       Wawancara

Peneliti melakukan proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih, bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan.



2.      Pengamatan atau Observasi

Metode pengamatan atau observasi meliputi pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera terutama mata, sehingga dapat mengamati kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisis sesuai dengan kenyataan yang ada.

3.      Study Kepustakaan ( Litur Bitur )
Metode litur bitur yaitu peneliti mencari data dan bukti dari internet dan membaca bukti-bukti diperpustakaan yang berhubungan dengan kepariwisataan di Bali.

4.      Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menhimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik tertulis,gambar, maupun elektronik.

D.    Instrumen Penelitian

1)      Buku saku
2)      Bulpoin
3)      Handphone
4)      Kamera

 

 

 

BAB IV

PEMBAHASAN


A.     Hasil Penelitian

1.      Karekteristik Ular Suci (bungarus candidus)

Berdasarkan data yang di dapatkan selama observasi di Tanah Lot  desa Beraban kecamatan Kediri kabupaten Tabanan Bali, ular suci (bungarus candidus) adalah jenis ular yang berbisa. Ular Weling ini memiliki ciri-ciri bertubuh ramping dan tidak seberapa panjang, sekitar 100-115 cm. Dengan diameter 2-3 cm. Ular ini memiliki warna belang hitam putih atau hitam keabu-abuan.
Ular weling ini bertempat di dalam goa yang terletak di pinggir pantai dan berada di depan goa air suci yang biasa di sebut dengan goa suci tempat ular suci. Ular ini diletakkan di atas gundukan pasir yang telah dibentuk sedemikian rupa seperti sarang ular agar mereka nyaman sehingga memudahkan para pengunjung untuk menyentuh ular ini.
 Sebelum pengunjung memasuki gua tempat ular suci (Bungarus candidus) telah disediakan kotak sumbangan sukarela bagi para pengunjung yang igin masuk goa sebagai dana perawatan ular yang dijaga oleh seorang penjaga kotak sumbangan para pengunjung.
Makanan ular ini adalah katak , kadal , tikus , atau binatang kecil lainnya. Tetapi menurut pawang dari ular suci ini, ular ini akan mencari makanannya sendiri ke laut saat malam hari dan kembali kedalam goa saat pagi harinya.
Para wisatawan lokal maupun mancanegara sangat tertarik untuk melihat bahkan menyentuh ular weling (Bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci bagi masyarakat Bali khususnya masyarakat di sekitar Tanah Lot.
  
2.      Alasan munculnya istilah ular suci (Bungarus candidus)
Berdasarkan data yang di dapatkan selama observasi di Tanah Lot  desa Beraban kecamatan Kediri kabupaten Tabanan Bali, ular suci (bungarus candidus) merupakan ular penjaga Tanah Lot Bali.
            Konon ular suci (Bungarus candidus) di Tanah Lot ini adalah ular penjaga Tanah Lot dan merupakan keturunan dari ular penjaga tanah lot terdahulu. Oleh sebab itu masyarakat Bali khususnya masyarakat Tanah Lot sangat menghormati ular ini , merawat dan menjaga kelestariannya. Bahkan sejak dulu hingga sekarang masyarakat Tanah Lot tidak berani menyakiti ataupun membunuh ular sembarangan.
            Menurut cerita masyarakat Bali khususnya Tanah Lot, ular suci (Bungarus candidus) merupakan perubahan wujud dari sabuk seorang pendeta yang memumpuni dan menyebarkan agama islam. Di potonglah sabuk itu menjadi tiga bagian  kemudian disebar di sekitar pantai dan berubah menjadi tiga ular besar yang menjaga Tanah Lot.

3.      Keistimewaan Ular Suci  (Bungarus candidus)
Dari wawancara dengan pengunjung di Tanah Lot  desa Beraban kecamatan Kediri kabupaten Tabanan Bali didapatkan beberapa faktor yang menjadi keistimewaan ular suci (Bungarus candidus) sehingga menjadi daya tarik Tanah Lot Bali.

Beberapa data yang diperoleh yaitu:
a.       Ular weling (bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci penjaga Tanah Lot.
b.      Sikap ular yang cenderung diam saat di pegang mengingat ular weling merupakan ular dengan bisa mematikan di urutan ketiga.
c.       Sikap masyarakat bali terutama masyarakat Tanah Lot yang mengkeramatkan, merawat, dan melestarikan ular weling (bungarus candidus).
d.      Cerita legenda munculnya ular suci yang di anggap sebagai penjaga Tanah Lot Bali.
          Data yang paling kuat menarik para pengunjung adalah kepercayaan masyarakat bali yang menganggap ular weling (Bungarus candidus) sebagai ular suci penjaga Tanah Lot Bali.
 Dari hasil keterangan tour guide dan beberapa pengunjung, dapat diambil data bahwa ular suci (Bungarus candidus) juga mampu menjadi daya tarik wisata di Tanah Lot Bali.

B.     Pembahasan

1.       Ular Weling (bungarus candidus) sebagai ular suci 

ular weling (Bungarus candidus) adalah sejenis ular berbisa dari suku Elapidae , menyebar di Asia Tenggara hingga ke Jawa dan Bali. Ular yang ramping dan tidak seberapa panjang dari kepala hingga ekor sekitar 100 cm, dengan panjang maksimal sekitar 155 cm dengan ekor sekitar 15% panjang total.
 Sisi dorsal (punggung) berbelang hitam dan putih, terdapat sekitar 30-an belang hitam dari kepala hingga ke ekor. Biasanya terdapat noktah-noktah kehitaman atau kecoklatan pada bagian putihnya. Belang yang pertama paling lebar, mencakup pula kepalanya yang berwarna hitam, dan lebih lebar daripada belang putihnya. Semakin ke belakang, belang hitamnya semakin sempit dan semakin seimbang, sebanding atau lebih sempit dari putihnya. Warna hitamnya terkadang agak kecoklatan atau kebiruan, dan putihnya terkadang agak kekuningan. Sisi ventral (perut) berwarna putih seluruhnya atau sedikit kekuningan.Ular yang masih kecil tanpa noktah-noktah kehitaman di bagian putihnya, dan memiliki corak lekukan putih di sekitar leher dan tengkuknya.
Ular ini ditemukan di dataran rendah hingga wilayah berbukit dan bergunung hingga elevasi 1.200 m dpl. Weling hidup di hutan-hutan dataran rendah yang lembab atau kering, hutan pegunungan, hutan mangrove, semak belukar, perkebunan, lahan pertanian, dan di sekitar permukiman. Umumnya jenis ini didapati di tempat yang relatif terbuka, seringkali di dekat air, namun juga di bagian yang kering.Ular weling bersifat terestrial, hidup di atas tanah, dan umumnya nokturnal, baru keluar setelah gelap dari lubang-lubang persembunyiannya, atau dari bawah tumpukan kayu, batu, atau vegetasi yang rapat. Di siang hari ular ini cenderung lamban dan penakut. Bila diganggu, weling acap berupaya menyembunyikan kepalanya di bawah gulungan badannya.Mangsa utamanya adalah jenis ular lainnya di samping itu juga memburu kadal dan katak.
Weling bersifat ovipar, bertelur sekitar 10 butir setiap kalinya.Bisa ular weling bersifat mematikan dan menimbulkan gejala sebagaimana bisa ular Elapidae pada umumnya, kecuali kobra. Sifat utamanya adalah racun saraf (neurotoxic), yang dapat berakibat rusaknya jaringan saraf dan membawa kelumpuhan. Gigitan kobra yang mengandung bisa, akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan pembengkakan di sekitar luka, meskipun kadang-kadang gejala ini tidak muncul. Di pihak lain gigitan weling tidak demikian, yakni cenderung tidak menimbulkan sakit berlebihan atau bengkak di lokasi luka, namun dapat berakibat fatal.
Bila bisa melalui gigitan ular masuk dalam jumlah cukup besar ke dalam tubuh, beberapa waktu kemudian akan timbul gejala-gejala keracunan yang khas. Untuk ular-ular Elapidae, gejala ini misalnya adalah kelopak mata yang memberat, kesulitan menelan, dan belakangan, kesulitan untuk bernafas; serta pada akhirnya kegagalan kerja jantung. Rata-rata selang waktu antara masuknya bisa melalui luka hingga tibanya kematian, untuk kasus gigitan Elapidae, berkisar antara 5 hingga 20 jam.
2.      Asal mula munculnya istilah Ular Suci
Tanah Lot memiliki dua buah gua, kedua gua ini berada di dalam kawasan obyek wisata Pura Tanah Lot yang merupakan keunikan-keunikan lain Tanah Lot. Goa Air Suci letaknya tepat berada di bawah Pura Tanah Lot dan Goa Ular Suci berada tepat di depan Goa Air Suci. Beberapa penjaga di sekitar Pura Tanah Lot yang berpakaian adat Bali, biasanya akan menawarkan setiap pengunjung untuk masuk dan melihat Goa Air Suci.
 Gua yang unik ini menghasilkan air suci yang berasal dari tengah laut yang mengalir di bawah batu karang tempat keberadaan Pura Tanah Lot. Pemandangan di dalam gua yang berukuran panjang sekitar 5 meter ini sangat luar biasa di mana terdapat sebuah patung setinggi sekitar setengah meter berwujud Ida Pedanda Danghyang Dwijendra, seorang pendeta yang melakukan pemujaan di lokasi ini yang tiga ekor naga. Di dalam gua, setiap pengunjung akan ditawarkan untuk mencoba minum air suci atau sekedar membasuh tangan dan wajah. Air suci ini diyakini mempunyai banyak khasiat seperti dapat menyembuhkan beberapa penyakit dan sering juga disebut air kesuburan, karena mampu meningkatkan kemungkinan untuk memiliki anak.
Konon, banyak pengunjung dengan berbagai etnis dan agama yang datang ke gua ini hanya ingin meminta air suci untuk digunakan sebagai penyembuhan orang yang sakit. Setiap pengunjung yang datang di Goa Air Suci tidak akan dipungut biaya, hanya saja terdapat sebuah kotak donasi bilamana ada pengunjung yang berkeinginan menyumbang secara sukarela untuk pemeliharaan tempat ini.
Sedangkan Goa Ular Suci berada persis di depan Goa Air Suci, yang di dalamnya terdapat beberapa ular yang dianggap suci karena keberadaannya memang sudah ada sejak tahun 80’an. Ular-ular suci yang berada di dalam gua ini adalah ular weling yang memiliki warna belang putih-hitam atau abu-abu – hitam. Memiliki panjang rata-rata 100-150 cm dan keberadaannya oleh masyarakat setempat diyakini sebagai penjaga Tanah Lot Bali.
Konon, asal mula ular suci ini berawal pada masa Majapahit, ada seorang pendeta yang bernama Daniel Wirata, di Bali dikenal dengan sebutan Petada Sakti Bolong sedangkan di Lombok dikenal dengan sebutan Tuan Semeru yang sedang berdamayatra ke Bali. Saat di perjalanan ternyata perahu yang di tumpanginya berlubang, karena beliau adalah seseorang yang sakti maka di panggillah ikan lumba-lumba untuk membantunya.
Saat ikan lumba-lumba hendak membantu menyebrangkan Daniel Wirata  dengan perahunya, Daniel Wirata melakukan kesalahan dengan duduk di atas lubang perahu maka seketika saat ikan lumba-lumba menyundul perahu terkenalah kemaluan dari Daniel Wirata. Maka wilayah yang dikunjungi pertama disebut dengan Geli Mnuk (Gili Manuk).
Kemudian dilanjutkannya perjalanan ke Timur, sampailah di wilayah Tanah Lot sebelah kanan, ini merupakan wilayah batu karang yang menjorok ke laut. Sampai pada akhirnya beliau mendapatkan banyak pengikut di Tanah Lot ini khususnya masyarakat Beraban. Akan tetapi ada yang mengganggu ketentraman dari Daniel Wirata dan para pengikutnya dia adalah Pendeta Ratu Sabrang.
Karena terus diganggu maka beliau merasa terusik dan memindahkan bongkahan batu karang ketengah laut, untuk menghindari gangguan dari petapa ratu sebrang Daniel Wirata membuka sabuknya yang memiliki warna putih-hitam kemudian dipotongnya dan di sebar di area Tanah Lot, kemudian berubahlah menjadi ular yang menjaga Tanah Lot.
3.      Faktor-faktor daya tarik Ular Suci  (Bungarus candidus)
Berdasarkan hasil wawancara banyak faktor yang menyebabkan ular suci menjadi daya tarik wisata di Tanah Lot yaitu.
a.       Ular weling (bungarus candidus) yang dianggap sebagai ular suci penjaga Tanah Lot.
b.      Sikap ular yang cenderung diam saat di pegang mengingat ular weling merupakan ular dengan bisa mematikan di urutan ketiga.
c.       Sikap masyarakat bali terutama masyarakat Tanah Lot yang mengkeramatkan, merawat, dan melestarikan ular weling (bungarus candidus).
d.      Cerita legenda munculnya ular suci yang di anggap sebagai penjaga Tanah Lot Bali.

BAB V

PENUTUP


A. Simpulan

1. Secara garis besar, ciri – ciri dari ular suci (Bungarus candidus) adalah bertubuh ramping, berwarna belang hitam keputihan atau hitam keabu-abuan, makanannya adalah reptil kecil dan termasuk kedalam hewan nokturnal, serta berkembangbiak secara ovipar. Maka bisa dikatakan karakteristiknya sama dengan ular weling pada umumnya.
2.  Sejarah asal mula munculnya ular suci (Bungarus candidus) sebenarnya merupakan mitos yang telah di percayai masyrakat setempat
3.  Yang menyebabkan pengunjung/wisatawan tertarik adalah kepercayaan dari masyarakat Bali yang menganggap ular weling (Bungarus candidus) sebagai ular suci penjaga Tanah Lot.


1. Diharapkan pihak pengelola dan penjaga ular suci dapat melakukan renovasi penempatan ular agar para pengunjung lebih mudah melihat dan menyentuh ular suci tanpa mengantri.
2 . Diharapkan para wisatawan dapat menghargai akan kepercayaan masyarakat Bali mengenai Ular suci penjaga Tanah Lot.
3. Diharapkan para masyarakat Bali tetap mempertahankan tradisi dan keyakinan terhadap ular suci penjaga Tanah Lot.



DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Lot  diakses pada 10 Mei 2014,  jam 18:15:12
http://id.wikipedia.org/wiki/Ular diakses pada tanggal 10 ‎Mei ‎2014, jam‏‎19:38:50
http://id.wikipedia.org/wiki/Weling diakses pada tanggal 14 ‎Mei ‎2014, ‏jam ‎18:25:04
 ‎Mei ‎2014, jam‏‎19:46:04
Supriatna, Jatna. 1981. Ular Berbisa Indonesia. Jakarta: Bnratara Karya Aksara
http://www.iwisataindonesia.com/269/objek-wisata-tanah-lot.html  diakses pada 18 Juni 2014, jam 12:05:13








LAMPIRAN








Daftar pertanyaan:





1.      Apa sebenarnya ular suci itu ?
2.      Mengapa masyarakat bali khusunya masyarakat Tanah Lot ini mempercayai bahwasanya ular ini adalah ular suci penjaga tanah lot ?
3.      Dimana tempat tinggal atau sarang ular suci ini ?
4.      Sejak kapan ular suci ini menempati goa suci ini ?
5.      Bagaimana sejarah lengkapnya munculnya ular suci ini ?
6.      Apa yang membuat anda tertarik sehingga mengunjungi ular suci in






 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar